Posts

Perempuan dengan Pilihan untuk Menulis (Hanya Menulis Saja! Titik!)

 Ini adalah tulisan pemanas sebelum menulis tulisan yang dipandang lebih serius atau lebih menguntungkan dalam tanda kutip. Menulis adalah cara saya berkata-kata, meski tak dapat dibicarakan, tapi mudah-mudahan bisa didengar tanpa harus berbicara. Begitulah! salah satu salah dua dari sekian banyak pilihan untuk "healing" dari rutinitas yang bisa saja menjerat akal sehat.  Terus kenapa harus ada pakai kata "perempuan" dalam judul ? jawabannya sederhana saja karena saya perempuan. Jawabannya memang klise tapi begitulah bias gender menjadi sensitif dalam menulis suatu karya. Saat kita akan disinggung posisi yang dipilih sebagai penulis menentukan arah pandang sekaligus narasi yang disampaikan dalam sebuah tulisan. Menulis adalah cara untuk menyembuhkan diri disaat harus dilimpahi dengan pekerjaan administratif yang menjebak saya berkarya. Memang tidak semua orang merasa begitu, tapi saya rasakan begitu. Maaf kalau salah salah atau terlalu blak-blak-an. Sepertinya saya ...

Perempuan dan Pilihan-Pilihan: Menarasikan Pilihan “Waithood” dan “Childfree”

               Tulisan ini bermaksud menarasikan pemahaman saya sebagai manusia (individu) ketika berada di tengah masyarakat dan melakukan pengamatan. Proses pengamatan berpusat pada situasi ketika individu (perempuan) diperhadapkan dengan pilihan-pilihan dan harus memilih diantaranya. Tidak bermaksud untuk menghakimi, tapi hanya mau berbagi. Harapannya sih mau menggelitik pemikiran dan pemahaman yang tak pasti. Meski kita tahu dalam kehidupan saat ini agak sulit untuk mencari kepastian.             Kita mulai dengan pemahaman bahwa perempuan diberikan hak untuk bisa memilih apa yang terbaik bagi dirinya. Meskipun berbicara pilihan-pilihan harus dilengkapi dengan berbagai penjelasan. Karena itu, tidak bermaksud membuat tulisan yang memiliki standar ilmiah dan sarat akademis karena hanya mau menulis, itu saja! Tulisan inipun mau berfokus dengan dua isu yang menurut saya menarik untuk di...

Mengkaji Tipis-Tipis Seksualitas

Mengangkat isu seksualitas dalam pemikiran kontemporer, namun harus bersinggungan dengan penyelidikan secara lebih mendalam atas studi seksualitas klasik menjadi sangat ambivalen. Maka, terjadi perbedaan dalam menempatkan seks dalam penelitian dan saat ini adanya kecenderungan untuk membahas masalah seksualitas disesuaikan dengan kriteria atau minat dari para peneliti atau pakar dalam masalah seksualitas. Kajian seksualitas pun menjadi begitu beragam. Tetapi, ketika menulis soal kajian seksualitas ada saja yang jadi penghalang, karena sering dijebak dalam aturan normatif yang secara vulgar merengggut kebebasan akademis. Apalagi sekarang lagi panas-panasnya dunia virtual membahas kelas or***me di pulau yang terkenal pariwisatanya. Tapi, saya tidak membahas itu, terdapat tiga bagian tulisan berdasarkan bagian buku yang saya sadur, atau saya "review" pertama soal interseks, binerisme homoseks dan heteroseks, dan mempertanyakan seks secara singkat. Penjelasan dalam artikel ini be...

Tugas Akhir Menggapai Gelar: Perjuangan, Perayaan, dan Penelitian

            Tugas akhir adalah kata yang tidak asing bagi mahasiswa, khususnya mereka yang sedang menempati posisi di semester akhir. Mereka punya istilah sebagai “pejuang skripsi” bagi para mahasiswa yang mau meraih gelar sarjana (S1). Pastinya untuk menjadi mahasiswa semester akhir tidak gampang. Karena, hampir pasti mereka sudah melalui berbagai tahapan kehidupan mahasiswa. Mulai dari diskusi dengan diri sendiri apakah tidak salah masuk jurusan, bernegosiasi dengan beban tugas yang selalu baru setiap hari, dan belajar memahami dosen sekaligus materi yang disampaikan. Termasuk juga faktor eksternal, yaitu masalah dengan orang tua, keuangan yang tebal di awal namun menipis di akhir, bagi yang berpacaran terkadang galau meski tidak tahu karena apa, atau mereka yang sedang jomblo (maunya kawin saja daripada kuliah, tapi pasangan belum ada). Selanjutnya, banyak alasan dan cerita yang lain, tidak mungkin diuraikan dalam tulisan ini dengan lengkap. ...

WAKTU LUANG DI MASA PANDEMI: SEBUAH RESISTENSI?

   Saat ini kita menjalani tatanan sosial 'baru' guna menyesuaikan dengan masa pandemi. Sebagian wajah harus ditutup masker sehingga lipstik merona, senyuman manis, hembusan nafas yang harum harus dibalut dengan masker tiga lapis. Tapi sejujurnya itu tidaklah mematikan kenikmatan untuk berkunjung ke pusat perbelanjaan dan menikmati waktu luang. (saya tidak mau menyinggung untuk berbicara sekolah atau kampus yang masih tutup, hehe). Tak bisa dipungkiri sejak dibukanya pusat perbelanjaan, masyarakat seakan berhamburan di dalamnya.Tapi tidak berpusat di dalam pusat perbelanjaan, rentetan kafe di kawasan sudah ramai (dengan memperhatikan protokoler kesehatan! *Semoga). Rumah kopi atau "coffee shop" juga termasuk menjadi sarana waktu luang yang mengasyikkan ketika PSBB atau masa "stay at home" diakhiri oleh pemerintah. Tapi, masih ada yang kurang, bioskop belum dibuka yang membuat para penikmat film layar lebar harus bersabar dan perlu bersyukur menikmati film ...

Ruang yang Berubah dalam Proses Menuju Normalitas Baru

Image
          Sebenarnya bingung harus mencari judul apa yang cocok dengan tulisan saya ini. Setiap hari saya menikmati istilah yang lagi menjadi tren saat ini “new normal era”. Tidak bisa saya bayangkan apa yang akan terjadi dalam kehidupan sosial tersebut. Meskipun, sebagian besar pemberitaan media baik offline dan online menyajikan istilah itu secara intens dan secara tak sadar mempengaruhi alam bawah sadar. Sehingga, saya harus memikirkannya dan mencoba mengimajinasikan apa yang harus dilakukan untuk menjadi “normal” baru. Tapi, sepertinya ini hal yang penting karena mimbar akademis mempersoalkan dan melakukan telaah ilmiah yang serius untuk mengkaji masalah ini. Situasi ini membuat saya harus peka bahwa adaptasi diri harus berjalan.             Bila saya mengkaitkan masalah normal baru ini sebagai salah satu implikasi sosial dalam masyarakat yaitu jalinan relasi sosial baru. Kita harus menjalin hubun...

HARDIKNAS DAN BELAJAR DARI COVID-19 : APA YANG SEHARUSNYA DILAKUKAN?

Tanggal 2 Mei 2020 adalah Hari Pendidikan Nasional yang istimewa. Mengapa ? Karena mengikuti upacara dari rumah, tepatnya dari layar televisi. Yah dari stasiun TVRI. Tapi yang mau saya tekankan adalah Tema HARDIKNAS tahun 2020 yaitu “ Belajar dari Covid-19”. Memang saya banyak belajar di tengah pandemi ini. Terdapat normalitas baru yang terbentuk dan entah mengapa saya harus beradaptasi dengan kondisi tersebut. Sebuah ruang yang berpindah atau bertransformasi. Saya tidak lagi mengajar di ruang kelas. Saya tidak lagi bergegas ke kelas dengan menaiki berpuluh bahkan mungkin ratusan anak tangga atau mengantri lift agar tidak kelelahan (atau memang lagi malas naik tangga). Tapi sejujurnya ada rasa rindu untuk kembali mengajar di kelas dengan bertatap muka secara langsung. Saya merindukan kampus dengan dinamika interaksi dan relasi yang terjalin beserta permainan makna tindakan antar individu juga kelompok. Budaya berkerumun dan berkumpul untuk saling menstimulan ide-ide, pengetahuan dan ...